Airi Hoshinoyuki
On Senin, 28 Maret 2011
Suasana malam di dalam klub ini begitu riuh oleh suara dentuman musik serta tawa. Bau rokok dan alkohol tercium sangat menyengat oleh indera penciuman. Lantai dansa yang dipenuhi orang-orang yang menari mengikuti irama musik dan saling menghentak-hentakkan kaki mereka. Penerangan yang remang-remang semakin meningkatkan suasana intim antar pengunjung klub malam ini.
Sasuke memutar-mutar gelas berisi minuman beralkohol di tangan kanannya dengan malas. Pandangannya tertuju pada orang-orang yang sedang menari-nari dengan semangatnya di lantai dansa. Tapi pikirannnya melayang entah kemana.
"Yo! Sasuke!" tepukkan pelan di bahu kirinya, membuat Sasuke menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Kiba dan Naruto tengah mengambil tempat duduk di sebelahnya.
"Rupanya kau di sini. Bos itu mencari-cari kau terus, tahu!" Naruto sedikit menaikkan volume suaranya dikarenakan kebisingan tempat mereka ini.
Sasuke tidak merespon. Kembali ia menggoyang-goyangkan gelas dan menegak habis isinya.
Naruto sudah kebal dengan sikap cuek kawannya ini. Sambil tersenyum lebar, pemuda pirang itu memesan minuman dan duduk dengan nyaman di tempatnya. Sekilas Naruto memperhatikan raut wajah temannya ini. Ada yang beda.
"Loh, bibirmu kenapa?" tanya Naruto yang melihat bibir Sasuke yang sedikit luka. Diangkatnya wajah tampan itu dengan tangan kanannya dan diperhatikannya secara jelas. "Wah, wah, siapa yang berani melakukan ini padamu, Sasuke? Dia ganas sekali!" komentar Naruto.
Sasuke langsung menepis tangan Naruto di wajahnya.
"Ck. Ayo dong ceritakan pada kami!" rajuk Kiba yang tiba-tiba saja mulai tertarik.
"Hey, jangan ganggu Sasuke!" suara gadis berambut merah turut bergabung dengan mereka.
"Karin? Kau ada di sini juga?" Kiba bertanya kemudian. Gadis satu ini memang selalu datang tiba-tiba.
"Hehehe…aku kan kangen sama Sasuke!" katanya sambil merangkul leher Sasuke dari belakang. Sasuke hanya diam saja. Dia memang sudah terbiasa dengan sikap Karin ini.
"Ya, karena Bos sedang ada acara, terpaksa pemotretannya ditunda dulu. Lagipula, aku juga sedang tidak mood!" Karin melepas rangkulannya dan duduk di samping Sasuke. "Minum lagi Sasuke?" Karin menggeser gelas berisi minuman beralkohol ke depan Sasuke. Karena gelas yang dipegang Sasuke memang sudah habis isinya.
Pemuda emo itu melirik ke arah Karin yang dibalas anggukkan kepala oleh gadis tersebut. Kemudian ia meraih gelasnya dan meneguknya sampai habis. Karin hanya tersenyum puas melihatnya.
Rasa kantuk yang dahsyat tiba-tiba saja menyerang dirinya. Kepalanya jatuh ke meja pemesanan minuman. Dan beberapa saat kemudian, semuanya menjadi gelap.
BRUK!
Karin menghempaskan tubuh berat Sasuke ke ranjang. Kali ini keduanya tengah berada di kamar apartemen milik Sasuke.
"..Nggg…" Sasuke menggeliat tidak nyaman. Tangan kanannya menutupi sisi dari wajahnya yang tertutupi poni.
Pelan-pelan, Karin mengangkat kaki Sasuke yang masih menapaki lantai. Diluruskannya tubuh Sasuke, kemudian membuka masing-masing sepatu yang masih melekat di kaki Sasuke. Setelah selesai, tiba-tiba saja Karin melompat ke atas tubuh Sasuke dan menindihnya.
"Malam ini kau adalah milikku, Uchiha Sasukeeee~"
Cahaya matahari yang menyelinap melalui kaca-kaca jendela kamar itu membuat Sasuke terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terasa berat. Sambil mendudukkan dirinya, Sasuke melihat tubuhnya sendiri tanpa pelapis dada dan juga berkeringat, matanya terus beredar ke penjuru ruangan.
Ini kamarku?
Tiba-tiba saja kepalanya terasa pening bukan main. Sasuke memijit-mijit pelipisnya.
"Ssshhh…" ia meringis sambil memegang bibirnya yang terasa semakin perih saja. Memanganya apa yang terjadi semalam?
"Kau sudah bangun, Sasuke?" tampak Karin yang muncul dari balik pintu kamar mandinya. Dia hanya memakai kemeja putih polos kebesaran yang menutupi sampai batas pahanya. Bisa dipastikan itu adalah kemeja milik Sasuke. Sambil menggosok-gosok rambut basahnya dengan handuk, Karin berjalan menghampiri cermin besar di kamar itu.
Oh, sekarang ia tahu apa yang terjadi. Ternyata Karin yang sudah mengantarkannya pulang.
Sasuke menggaruk-garuk rambutnya dengan malas. Merenggangkan ototnya yang terasa pegal, ia menyibakkan selimut yang menutupi bagian pinggang ke bawah.
Sasuke menutup mata dengan tangan dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku masih pakai celana?" ucapnya sambil tertawa kecil. Celana jeans hitam yang dipakainya tadi malam masih ia pakai dengan sempurna.
Kemudian ia menatap Karin yang terlihat memakai kembali kacamatanya. "Hey!" Karin menoleh ke arah Sasuke yang memanggilnya. "Kau ini benar-benar tidak niat ya?" tanya Sasuke sambil menopang dagu dengan sedikit nada menggoda.
Ditanyai seperti itu oleh Sasuke, sontak saja wajahnya langsung memerah, malu. Biar bagaimanapun juga, Karin memang belum berani melakukan hal itu dengan Sasuke. Dari dulu sampai sekarang sama saja. Ia hanya berani sampai tahap ciuman saja, tidak lebih.
"A…a-aku…" gugup bercampur rasa malu membuat Karin tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan sekedar mengucapkan kata 'aku' saja rasanya sangat sulit. Matanya mencari tumpuan lain selain mata kelam pemuda yang tengah berjalan ke arahnya itu.
Dan tanpa Karin sadari, Sasuke telah tepat berdiri di sampingnya. Merendahkan tubuhnya dan berbisik tepat di telinganya.
"Kalau kau tidak bisa melakukannya, jangan lakukan lagi ya!" bisiknya seraya mencium leher Karin sekilas.
"Ini dia apartemen barumu, Hinata-chan!" seru Jiraiya membuka pintu apartemen yang akan menjadi milik Hinata ini. Pria berambut putih itu menarik tangan Hinata untuk masuk dan segera saja membawa koper-koper berisi barang bawaan milik Hinata.
Hinata tersenyum bahagia. Sebagai pendatang baru di Konoha, dia benar-benar beruntung. Di sini dia sama sekali tidak punya sanak keluarga. Tapi bertemu dengan Jiraiya telah mengubah segalanya. Hinata sekarang punya pekerjaan dan tempat tinggal yang nyaman. Entah bagaimana caranya ia membalas semua kebaikan dari Bos-nya ini.
"A-aku benar-benar berterima kasih sekali pada Anda, Jiraiya-san!" Hinata membungkuk hormat.
Jiraiya bertolak pinggang, sebal. "Kau ini. Aku kan sudah menyuruhmu supaya memanggilku dengan sebutan Bos! Dasar!" ujar Jiraiya.
Hinata menutup mulutnya. "Ma-maaf, Jiraiya- eh Bos. A-aku belum terbiasa," ucapnya.
"Ya sudah. Tidak apa-apa!" Jiraiya mengacak-acak rambut Hinata gemas. "Tidak ada yang ketinggalan kan?" Hinata mengangguk. "Kalau begitu, aku pulang dulu. Kau istirahlah di apartemen barumu ini!"
Jiraiya berbalik dan hendak membuka pintu untuk pulang. "Ah, iya, Hinata! Soal Sasuke-"
"Iya?"
"Ah, tidak apa-apa. Kau juga akan tahu nanti!" Jiraiya keluar dari pintu dan menghilang dari pandangan Hinata.
Hinata menghirup aroma buah di sini, bahunya sampai terangkat ketika ia melakukannya. Dengan senyum terkembang, Hinata membungkuk untuk meraih tasnya yang teronggok di lantai. Tapi saat membungkuk, matanya tertuju pada sepasang kaki di depannya.
Raut wajah Hinata langsung berubah drastis. Ragu-ragu, Hinata menegakkan kembali tubuhnya dan itu adalah kesalahan fatal baginya.
Sasuke yang hanya memakai celana jeans hitam, tengah menatapnya dengan pandangan yang tak biasa.
"Hinata?"
"Sa-Sasuke-kun?" tas yang dipegangnya jatuh ke lantai. Kakinya mundur dua langkah. "Ke-kenapa Sasuke-kun a-ada di sini!" Hinata mengeluarkan suara tertingginya.
"Aku memang tinggal di sini," katanya pendek.
Keterkejutan Hinata bukan hanya sampai di situ saja. Ia kembali dikejutkan oleh kemunculan seorang gadis berambut merah dari dalam kamar.
Karin memandangi Hinata dengan bingung. Kemudian mendongak melihat ke arah pemuda yang jauh lebih tinggi darinya. "Sasuke, dia ini siapa?"
"Dia…"
To be continued
Sasuke memutar-mutar gelas berisi minuman beralkohol di tangan kanannya dengan malas. Pandangannya tertuju pada orang-orang yang sedang menari-nari dengan semangatnya di lantai dansa. Tapi pikirannnya melayang entah kemana.
"Yo! Sasuke!" tepukkan pelan di bahu kirinya, membuat Sasuke menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Kiba dan Naruto tengah mengambil tempat duduk di sebelahnya.
"Rupanya kau di sini. Bos itu mencari-cari kau terus, tahu!" Naruto sedikit menaikkan volume suaranya dikarenakan kebisingan tempat mereka ini.
Sasuke tidak merespon. Kembali ia menggoyang-goyangkan gelas dan menegak habis isinya.
Naruto sudah kebal dengan sikap cuek kawannya ini. Sambil tersenyum lebar, pemuda pirang itu memesan minuman dan duduk dengan nyaman di tempatnya. Sekilas Naruto memperhatikan raut wajah temannya ini. Ada yang beda.
"Loh, bibirmu kenapa?" tanya Naruto yang melihat bibir Sasuke yang sedikit luka. Diangkatnya wajah tampan itu dengan tangan kanannya dan diperhatikannya secara jelas. "Wah, wah, siapa yang berani melakukan ini padamu, Sasuke? Dia ganas sekali!" komentar Naruto.
Sasuke langsung menepis tangan Naruto di wajahnya.
"Ck. Ayo dong ceritakan pada kami!" rajuk Kiba yang tiba-tiba saja mulai tertarik.
"Hey, jangan ganggu Sasuke!" suara gadis berambut merah turut bergabung dengan mereka.
"Karin? Kau ada di sini juga?" Kiba bertanya kemudian. Gadis satu ini memang selalu datang tiba-tiba.
"Hehehe…aku kan kangen sama Sasuke!" katanya sambil merangkul leher Sasuke dari belakang. Sasuke hanya diam saja. Dia memang sudah terbiasa dengan sikap Karin ini.
"Ya, karena Bos sedang ada acara, terpaksa pemotretannya ditunda dulu. Lagipula, aku juga sedang tidak mood!" Karin melepas rangkulannya dan duduk di samping Sasuke. "Minum lagi Sasuke?" Karin menggeser gelas berisi minuman beralkohol ke depan Sasuke. Karena gelas yang dipegang Sasuke memang sudah habis isinya.
Pemuda emo itu melirik ke arah Karin yang dibalas anggukkan kepala oleh gadis tersebut. Kemudian ia meraih gelasnya dan meneguknya sampai habis. Karin hanya tersenyum puas melihatnya.
Rasa kantuk yang dahsyat tiba-tiba saja menyerang dirinya. Kepalanya jatuh ke meja pemesanan minuman. Dan beberapa saat kemudian, semuanya menjadi gelap.
BRUK!
Karin menghempaskan tubuh berat Sasuke ke ranjang. Kali ini keduanya tengah berada di kamar apartemen milik Sasuke.
"..Nggg…" Sasuke menggeliat tidak nyaman. Tangan kanannya menutupi sisi dari wajahnya yang tertutupi poni.
Pelan-pelan, Karin mengangkat kaki Sasuke yang masih menapaki lantai. Diluruskannya tubuh Sasuke, kemudian membuka masing-masing sepatu yang masih melekat di kaki Sasuke. Setelah selesai, tiba-tiba saja Karin melompat ke atas tubuh Sasuke dan menindihnya.
"Malam ini kau adalah milikku, Uchiha Sasukeeee~"
Cahaya matahari yang menyelinap melalui kaca-kaca jendela kamar itu membuat Sasuke terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terasa berat. Sambil mendudukkan dirinya, Sasuke melihat tubuhnya sendiri tanpa pelapis dada dan juga berkeringat, matanya terus beredar ke penjuru ruangan.
Ini kamarku?
Tiba-tiba saja kepalanya terasa pening bukan main. Sasuke memijit-mijit pelipisnya.
"Ssshhh…" ia meringis sambil memegang bibirnya yang terasa semakin perih saja. Memanganya apa yang terjadi semalam?
"Kau sudah bangun, Sasuke?" tampak Karin yang muncul dari balik pintu kamar mandinya. Dia hanya memakai kemeja putih polos kebesaran yang menutupi sampai batas pahanya. Bisa dipastikan itu adalah kemeja milik Sasuke. Sambil menggosok-gosok rambut basahnya dengan handuk, Karin berjalan menghampiri cermin besar di kamar itu.
Oh, sekarang ia tahu apa yang terjadi. Ternyata Karin yang sudah mengantarkannya pulang.
Sasuke menggaruk-garuk rambutnya dengan malas. Merenggangkan ototnya yang terasa pegal, ia menyibakkan selimut yang menutupi bagian pinggang ke bawah.
Sasuke menutup mata dengan tangan dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku masih pakai celana?" ucapnya sambil tertawa kecil. Celana jeans hitam yang dipakainya tadi malam masih ia pakai dengan sempurna.
Kemudian ia menatap Karin yang terlihat memakai kembali kacamatanya. "Hey!" Karin menoleh ke arah Sasuke yang memanggilnya. "Kau ini benar-benar tidak niat ya?" tanya Sasuke sambil menopang dagu dengan sedikit nada menggoda.
Ditanyai seperti itu oleh Sasuke, sontak saja wajahnya langsung memerah, malu. Biar bagaimanapun juga, Karin memang belum berani melakukan hal itu dengan Sasuke. Dari dulu sampai sekarang sama saja. Ia hanya berani sampai tahap ciuman saja, tidak lebih.
"A…a-aku…" gugup bercampur rasa malu membuat Karin tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan sekedar mengucapkan kata 'aku' saja rasanya sangat sulit. Matanya mencari tumpuan lain selain mata kelam pemuda yang tengah berjalan ke arahnya itu.
Dan tanpa Karin sadari, Sasuke telah tepat berdiri di sampingnya. Merendahkan tubuhnya dan berbisik tepat di telinganya.
"Kalau kau tidak bisa melakukannya, jangan lakukan lagi ya!" bisiknya seraya mencium leher Karin sekilas.
"Ini dia apartemen barumu, Hinata-chan!" seru Jiraiya membuka pintu apartemen yang akan menjadi milik Hinata ini. Pria berambut putih itu menarik tangan Hinata untuk masuk dan segera saja membawa koper-koper berisi barang bawaan milik Hinata.
Hinata tersenyum bahagia. Sebagai pendatang baru di Konoha, dia benar-benar beruntung. Di sini dia sama sekali tidak punya sanak keluarga. Tapi bertemu dengan Jiraiya telah mengubah segalanya. Hinata sekarang punya pekerjaan dan tempat tinggal yang nyaman. Entah bagaimana caranya ia membalas semua kebaikan dari Bos-nya ini.
"A-aku benar-benar berterima kasih sekali pada Anda, Jiraiya-san!" Hinata membungkuk hormat.
Jiraiya bertolak pinggang, sebal. "Kau ini. Aku kan sudah menyuruhmu supaya memanggilku dengan sebutan Bos! Dasar!" ujar Jiraiya.
Hinata menutup mulutnya. "Ma-maaf, Jiraiya- eh Bos. A-aku belum terbiasa," ucapnya.
"Ya sudah. Tidak apa-apa!" Jiraiya mengacak-acak rambut Hinata gemas. "Tidak ada yang ketinggalan kan?" Hinata mengangguk. "Kalau begitu, aku pulang dulu. Kau istirahlah di apartemen barumu ini!"
Jiraiya berbalik dan hendak membuka pintu untuk pulang. "Ah, iya, Hinata! Soal Sasuke-"
"Iya?"
"Ah, tidak apa-apa. Kau juga akan tahu nanti!" Jiraiya keluar dari pintu dan menghilang dari pandangan Hinata.
Hinata menghirup aroma buah di sini, bahunya sampai terangkat ketika ia melakukannya. Dengan senyum terkembang, Hinata membungkuk untuk meraih tasnya yang teronggok di lantai. Tapi saat membungkuk, matanya tertuju pada sepasang kaki di depannya.
Raut wajah Hinata langsung berubah drastis. Ragu-ragu, Hinata menegakkan kembali tubuhnya dan itu adalah kesalahan fatal baginya.
Sasuke yang hanya memakai celana jeans hitam, tengah menatapnya dengan pandangan yang tak biasa.
"Hinata?"
"Sa-Sasuke-kun?" tas yang dipegangnya jatuh ke lantai. Kakinya mundur dua langkah. "Ke-kenapa Sasuke-kun a-ada di sini!" Hinata mengeluarkan suara tertingginya.
"Aku memang tinggal di sini," katanya pendek.
"Ah, iya, Hinata! Soal Sasuke-"
"Iya?"
"Ah, tidak apa-apa. Kau juga akan tahu nanti!"
Tiba-tiba saja ucapan terakhir Jiraiya terngiang jelas di kepalanya. Jadi ini yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Jiraiya? Dia ingin bilang kalau Sasuke juga tinggal di sini?Keterkejutan Hinata bukan hanya sampai di situ saja. Ia kembali dikejutkan oleh kemunculan seorang gadis berambut merah dari dalam kamar.
Karin memandangi Hinata dengan bingung. Kemudian mendongak melihat ke arah pemuda yang jauh lebih tinggi darinya. "Sasuke, dia ini siapa?"
"Dia…"
To be continued
Terima kasih atas kunjungan anda, semoga postingan saya bermanfaat. Tolong berikan pendapat anda tentang postingan saya.

