Airi Hoshinoyuki
On Senin, 28 Maret 2011
Sesosok gadis berambut indigo berjalan dengan sedikit gugup mengikuti laki-laki paruh baya berperawakan tinggi yang berjalan di depannya. Sepanjang jalan dia hanya bisa menunduk, terpaku pada jalanan yang dipijaknya tanpa menghiraukan laki-laki yang sedari tadi terus saja bicara sepanjang jalan.
Langkahnya terlihat semakin ragu ketika keduanya sampai di depan suatu ruangan. Laki-laki di samping si gadis tersenyum hangat. Perlahan, ia membuka pintu dan memasuki ruangan tersebut. Merasa tidak ada pergerakan dari si gadis, laki-laki tersebut menarik tangannya, sehingga tubuh si gadis tertarik masuk ke dalam ruangan tersebut.
Gadis yang diketahui bernama Hinata itu hanya bisa tercengang melihat keadaaan di ruangan ini.
Belasan orang berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing. Mempersiapkan property, mengatur tata lampu, membersihkan kamera dan lainnya.
"Aku ucapkan selamat bergabung dengan kami, Hinata!" sambut laki-laki tersebut sambil merentangkan kedua tangannya. Inilah dunia model.
"Te-terima kasih, Jiraiya-san,"
"Hmp…mulai sekarang kau panggil saja aku 'Bos', okay!" ujar laki-laki bernama Jiraiya itu sambil memberikan tepukan pelan di kepala Hinata, lalu mengacak-acak rambutnya.
Hinata menunduk malu. "Ba-baik, Bos!"sahutnya.
"Bagus! Saatnya kau berkenalan dengan para kru yang ada di sini," Jiraiya meraih pundak Hinata dan menghadapkan tubuhnya pada sekumpulan orang yang akan menjadi kawan-kawan baru baginya untuk ke depan nanti.
Tapi senyum mengembang di bibir Hinata langsung menghilang ketika melihat sesosok pemuda berambut emo dengan kaos biru yang terduduk santai di sofa, tengah memandangnya dengan tajam.
Hinata menahan nafasnya ketika melihat sosok tersebut. "Sa…Sasuke-kun," bisiknya lirih.
Hinata menoleh kaget lalu menggeleng cepat. "Ti-tidak kok, Bos!"
"Hm? Bener?" Jiraiya agaknya kurang percaya pada jawaban gadis di depannya yang terlihat sangat tidak meyakinkan untuk menutupi kebohongannya. Tapi Jiraiya hanya mengangguk maklum. Semua orang pasti selalu mengalami yang namanya gugup bila menghadapi sesuatu yang baru. Ya, selalu ada yang pertama untuk setiap hal.
"Baiklah, biar aku yang perkenalkan padamu satu-satu," Jiraiya mendekat pada Hinata dan mengajaknya berkeliling ruangan yang terbilang luas tersebut. Hinata menunduk dan hanya bisa menurut saat diajak oleh Bos-nya ini.
"Yang ini namanya Kakashi, fotografer di sini!" Jiraiya menepuk pelan pundak pemuda berambut perak yang terlihat sedang sibuk membersihkan kamera tersebut.
Pemuda bermasker hitam itu menoleh kemudian tersenyum hangat di balik masker hitamnya. "Hey, Bos! Model baru? Cantik banget!" pujinya yang langsung mendapatkan jitakan pelan di kepalanya oleh Jiraiya. "Dasar!" seru Jiraiya.
Kakashi hanya mengusap-usap tengkuknya lalu menatap Hinata. Kemudian ia menyapukan kedua tangan ke pakaiannya, lalu mengulurkan tangan pada Hinata. "Aku Hatake Kakashi. Mulai sekarang kita saling bantu ya!"
Hinata menjabat tangan kekar tersebut. "A-aku Hinata. Mohon bantuannya ya, Kakashi-san!"
Jiraiya terdiam, bosan. "Kakashi, lepaskan jabat tanganmu itu!" ujarnya yang membuat Kakashi tersenyum malu lalu meminta maaf pada Hinata.
Jiraiya lalu memulai kembali perkenalannya. "Yang itu Kiba. Itu, Tenten. Nah, yang bawa-bawa bantal itu Shikamaru. Dan…Sakura, make-up artis di sini. Umm…yang sebelah sana namanya Lee. Yang sedang dipotret itu Ino, model sepertimu!" Jiraiya menunjuk satu persatu anak buahnya dan menyebutkan nama mereka pada Hinata.
"Lalu…Sasuke! Coverboy tertampan di Konoha!" Jiraiya tersenyum bangga lalu menarik Hinata untuk menghampiri pemuda yang memang sedang melihat ke arah keduanya.
Sampai di depan tempat pemuda itu duduk, Jiraiya mendorong tubuh Hinata ke depan, sementara kepala si gadis terus saja menunduk.
Sasuke mendongak melihat sosok di hadapannya. Dengan wajah stoic-nya Sasuke memperhatikan Hinata dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.
Tidak berubah sama sekali.
"Sasuke, akhirnya kau dapat pasangan juga!" kata Jiraiya.
Mata Hinata terbelalak, langsung saja dia menoleh ke Bos-nya itu. "Pa-pasangan?" tanya Hinata tak mengerti.
"Bukan pasangan dalam artian pacar. Haha…maksudnya pasangan dalam majalah nanti," jelas Jiraiya. Ia sudah bisa menangkap raut kekhawatiran di wajah Hinata.
"Bos, sini sebentar!" seruan dari salah satu kru, mengharuskan Jiraiya meninggalkan keduanya untuk beberapa saat.
"Sebentar!" sahutnya tergesa-gesa sambil menoleh ke asal suara. "Yap! Kalian ngobrol-ngobrol lah sedikit. Aku tinggal dulu!" dengan itu, Jiraiya melangkah pergi.
Keheningan langsung menyelimuti keduanya.
"Hinata-"
"Ke-kenapa kau ada di sini?" ucapan Sasuke langsung terpotong oleh pertanyaan Hinata yang tiba-tiba itu. Tubuh gadis di hadapan Sasuke itu terlihat bergetar. Masih dalam posisi menunduk, Hinata mencengkram kedua lengannya kuat-kuat.
"Padahal…padahal aku…" tubuh Hinata semakin bergetar.
"Aku…hampir melupakan Sasuke-kun," Sasuke terkesiap saat mendengarnya.
"Ta-tapi kenapa Sasuke-kun malah kembali da-dalam hi-didupku?" Hinata sudah tidak bisa menahan diri lagi. Wajahnya memerah dan matanya mulai terasa panas.
"Hi-"
"Hina-chan! Sudah waktunya kau ganti baju!" seru Jiraiya dengan keras. Hinata menoleh sesaat ke belakang, memperhatikan telunjuk Jiraiya yang menunjuk suatu ruangan. Sepertinya Jiraiya menunjukkan dimana ruang gantinya.
Hinata mengangguk mengerti, mengusap wajahnya dan tanpa melirik ke arah Sasuke, Hinata langsung berlari ke ruang ganti itu.
"Doushite?"
Sebuah suara yang berasal dari arah pintu mengharuskan Hinata menoleh ke arahnya.
"Sa-Sasuke-kun!" Hinata tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendapati orang yang ingin ia hindari di sini, melangkah semakin dekat menghampirinya.
"Ma-mau apa kau, Sasuke-kun! I-ini ka-kamar ganti wanita!" Hinata semakin kalut dan memundurkan langkahnya.
"Aku…" Sasuke menangkap kedua tangan Hinata yang bergetar itu.
Tapi suara-suara langkah kaki dan sayup-sayup beberapa orang yang semakin mendekati kamar ganti tersebut, menghentikan tindakkan Sasuke.
Sasuke mendengus kesal. "Gawat kalau aku ketahuan ada di kamar ganti wanita!" gumamnya.
Langsung saja Sasuke memasukkan Hinata dan dirinya ke dalam sebuah lemari kayu berukuran besar di ruangan tersebut.
"Iya, hahaha…kapan makan-makan lagi?"
"Nanti pas gajian saja!"
Suara dua orang gadis di ruangan tersebut tertangkap oleh Sasuke dan Hinata yang saat ini dalam posisi tegang. Keringat mengucur di dahi keduanya. Takut-takut kalau salah satu diantara gadis-gadis itu membuka lemari ini.
Tapi selang beberapa saat, suara kedua gadis itu sudah tak terdengar lagi. Mungkin keduanya sudah pergi.
Hinata menghela nafas lega.
Tunggu dulu! Hinata seperti diingatkan sesuatu. Saat ini posisi-nya dan Sasuke begitu dekat. Hinata yang duduk terpojok di dinding lemari sebelah kiri dengan Sasuke yang berdiri dengan menumpu pada lutut di hadapannya.
Di dalam lemari gelap ini benar-benar sempit dan pengap. Hinata tidak bisa menahan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya dan sesekali menahan nafasnya saat merasakan deru nafas panas Sasuke yang menyentuh permukaan pipinya. Sangat dekat.
"Hinata …" suara berat Sasuke tepat di telinga Hinata, membuat Hinata semakin gugup. Tubuhnya bergetar.
Dengan itu Hinata memalingkan wajahnya semakin ke belakang, tapi sebuah tangan yang menarik dan merangkum pipinya membuat wajah Hinata berhadapan langsung dengan wajah si pemilik tangan tersebut.
Dalam kepekatan gelap yang amat sangat ini, Hinata masih bisa melihat sepasang bola mata onyx yang berkilat memantulkan bayangan dirinya. Mata itu, tatapan itu, telihat mengintimidasinya. Menusuk ke dalam ulu hatinya. Seakan dia bisa menyampaikan sebuah pertanyaan hanya dengan memperlihatkan tatapan dari bola mata onyx miliknya. Wajah Hinata tiba-tiba memanas.
Perlahan tangan Sasuke menelusuri kulit pipi Hinata dan turun ke leher jenjanganya. Dilanjutkan dengan semakin menipisnya jarak diantara wajah keduanya. Menyentuhkan hidung masing-masing, saling bertukar deru nafas, lalu menarik tengkuk Hinata semakin mendekat, hingga akhirnya dada Sasuke menghimpit tubuh Hinata.
"Wangi tubuhmu tidak berubah ya. Masih beraroma lavender sama seperti dulu," ucap Sasuke seduktif. Dia sedikit membuka mulutnya, kemudian melabuhkan bibirnya di milik Hinata.
Lavender Hinata terbelalak kaget mendapat perlakuan yang mengejutkan dari Sasuke ini. Hinata berontak. Kedua tangan putihnya mendorong kuat dada Sasuke manjauh dengan dirinya. Tapi sama sekali tidak ada hasilnya. Dorongan yang dilakukan dengan sekuat tenaga itu, terasa seperti sentuhan kecil bagi Sasuke.
"S..stop…Sa-hmp-" Hinata berkata di sela bibirnya yang sedang dilumat paksa oleh Sasuke.
Semakin terbakar nafsu, Sasuke menurunkan ciumannya ke leher Hinata. Pemuda itu mengangkat dagu Hinata, sehingga leher Hinata terekspos sempurna di depannya. Dicium dan digigitnya dengan pelan, sampai meninggalkan bercak kemerahan di bagian itu.
"Aku ingin kita kembali seperti dulu lagi," untuk menekankan maksud perkataannya, Sasuke menciumi tengkuk Hinata.
"Hah…hah…" Hinata menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Dalam tempat sempit dan pengap seperti ini, dadanya terasa begitu sesak.
"He-hentikan..Sasuke-kun," dengan kekuatan yang masih tersisa, Hinata mendorong bahu kokoh Sasuke bertujuan untuk lepas dari pemuda ini. "A-aku tidak mau!"
Sasuke sedikit terdorong kali ini. "Kenapa Hinata?" pemuda itu kembali mendekatkan wajahnya, mencium sudut bibir Hinata sampai akhirnya menekan dan mengesap bibir lembut Hinata sekali lagi. Kedua tangannya menyusup ke dalam helaian rambut panjang Hinata, merayapi kulit kepala gadisnya ini dengan jemari dinginnya.
"Hmmp…"
Hinata sudah tidak punya kekuatan lagi. Tubuhnya terasa lemas dan kepalanya terasa berkunang-kunang. Dia ingin jujur pada dirinya sendiri bahwa dia memang merindukan sentuhan dari pemuda yang dua tahun lebih menjadi tambatan hatinya ini. Tapi sebuah seruan di kepala Hinata yang mengingatkan apa yang telah Sasuke lakukan padanya. Meninggalkannya sendirian. Tanpa kabar. Membuat Hinata terkesiap dan melakukan hal yang seharusnya ia lakukan dari tadi.
"Aww!" dengan segera, Sasuke menjauhkan wajahnya. Meringis, Sasuke menutup bibirnya yang berdarah menggunakan kedua tangannya. Merasakan perih akibat gigitan Hinata yang terbilang kuat di bibirnya. Onyx itu berkilat tajam.
Hinata menggigit bibir bawahnya. Dengan cepat ia membuka pintu lemari tersebut dan menghambur keluar. Dengan posisi sedikit membungkuk, Hinata memegangi dadanya yang kembang kempis akibat kekurangan pasokan oksigen dari dalam lemari tersebut. Dengan nafas terengah-engah Hinata menoleh ke belakang dan mendapati Sasuke yang masih menutup bibirnya keluar dari dalam lemari dan berjalan menghampirinya. Hinata memundurkan langkahnya. Sasuke dengan wajah tanpa ekspresinya itu semakin mendekat saja. Hinata hampir putus asa dan menutup mata ketika punggungnya tersudut di dinding. Selang beberapa saat, Hinata memberanikan diri membuka mata dan sedikit kaget mendapati dirinya seorang diri di kamar ganti ini. Pemuda berambut hitam itu menghilang entah kemana.
Langkahnya terlihat semakin ragu ketika keduanya sampai di depan suatu ruangan. Laki-laki di samping si gadis tersenyum hangat. Perlahan, ia membuka pintu dan memasuki ruangan tersebut. Merasa tidak ada pergerakan dari si gadis, laki-laki tersebut menarik tangannya, sehingga tubuh si gadis tertarik masuk ke dalam ruangan tersebut.
Gadis yang diketahui bernama Hinata itu hanya bisa tercengang melihat keadaaan di ruangan ini.
Belasan orang berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing. Mempersiapkan property, mengatur tata lampu, membersihkan kamera dan lainnya.
"Aku ucapkan selamat bergabung dengan kami, Hinata!" sambut laki-laki tersebut sambil merentangkan kedua tangannya. Inilah dunia model.
"Te-terima kasih, Jiraiya-san,"
"Hmp…mulai sekarang kau panggil saja aku 'Bos', okay!" ujar laki-laki bernama Jiraiya itu sambil memberikan tepukan pelan di kepala Hinata, lalu mengacak-acak rambutnya.
Hinata menunduk malu. "Ba-baik, Bos!"sahutnya.
"Bagus! Saatnya kau berkenalan dengan para kru yang ada di sini," Jiraiya meraih pundak Hinata dan menghadapkan tubuhnya pada sekumpulan orang yang akan menjadi kawan-kawan baru baginya untuk ke depan nanti.
Tapi senyum mengembang di bibir Hinata langsung menghilang ketika melihat sesosok pemuda berambut emo dengan kaos biru yang terduduk santai di sofa, tengah memandangnya dengan tajam.
Hinata menahan nafasnya ketika melihat sosok tersebut. "Sa…Sasuke-kun," bisiknya lirih.
.
"The Name of Our Memories"
.
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
.
Warning: Alternate Universe, OOC dan…lime! XD
Rated: Semi M
.
Pairing: SasuHina
.
Don't like, don't read okay!
.
"Kau bilang apa tadi, Hina-chan?" hanya perasaan Jiraiya saja atau apa, tapi tadi sepertinya ia mendengar Hinata mengucapkan sesuatu yang kurang jelas yang tertangkap oleh telinganya.Hinata menoleh kaget lalu menggeleng cepat. "Ti-tidak kok, Bos!"
"Hm? Bener?" Jiraiya agaknya kurang percaya pada jawaban gadis di depannya yang terlihat sangat tidak meyakinkan untuk menutupi kebohongannya. Tapi Jiraiya hanya mengangguk maklum. Semua orang pasti selalu mengalami yang namanya gugup bila menghadapi sesuatu yang baru. Ya, selalu ada yang pertama untuk setiap hal.
"Baiklah, biar aku yang perkenalkan padamu satu-satu," Jiraiya mendekat pada Hinata dan mengajaknya berkeliling ruangan yang terbilang luas tersebut. Hinata menunduk dan hanya bisa menurut saat diajak oleh Bos-nya ini.
"Yang ini namanya Kakashi, fotografer di sini!" Jiraiya menepuk pelan pundak pemuda berambut perak yang terlihat sedang sibuk membersihkan kamera tersebut.
Pemuda bermasker hitam itu menoleh kemudian tersenyum hangat di balik masker hitamnya. "Hey, Bos! Model baru? Cantik banget!" pujinya yang langsung mendapatkan jitakan pelan di kepalanya oleh Jiraiya. "Dasar!" seru Jiraiya.
Kakashi hanya mengusap-usap tengkuknya lalu menatap Hinata. Kemudian ia menyapukan kedua tangan ke pakaiannya, lalu mengulurkan tangan pada Hinata. "Aku Hatake Kakashi. Mulai sekarang kita saling bantu ya!"
Hinata menjabat tangan kekar tersebut. "A-aku Hinata. Mohon bantuannya ya, Kakashi-san!"
Jiraiya terdiam, bosan. "Kakashi, lepaskan jabat tanganmu itu!" ujarnya yang membuat Kakashi tersenyum malu lalu meminta maaf pada Hinata.
Jiraiya lalu memulai kembali perkenalannya. "Yang itu Kiba. Itu, Tenten. Nah, yang bawa-bawa bantal itu Shikamaru. Dan…Sakura, make-up artis di sini. Umm…yang sebelah sana namanya Lee. Yang sedang dipotret itu Ino, model sepertimu!" Jiraiya menunjuk satu persatu anak buahnya dan menyebutkan nama mereka pada Hinata.
"Lalu…Sasuke! Coverboy tertampan di Konoha!" Jiraiya tersenyum bangga lalu menarik Hinata untuk menghampiri pemuda yang memang sedang melihat ke arah keduanya.
Sampai di depan tempat pemuda itu duduk, Jiraiya mendorong tubuh Hinata ke depan, sementara kepala si gadis terus saja menunduk.
Sasuke mendongak melihat sosok di hadapannya. Dengan wajah stoic-nya Sasuke memperhatikan Hinata dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.
Tidak berubah sama sekali.
"Sasuke, akhirnya kau dapat pasangan juga!" kata Jiraiya.
Mata Hinata terbelalak, langsung saja dia menoleh ke Bos-nya itu. "Pa-pasangan?" tanya Hinata tak mengerti.
"Bukan pasangan dalam artian pacar. Haha…maksudnya pasangan dalam majalah nanti," jelas Jiraiya. Ia sudah bisa menangkap raut kekhawatiran di wajah Hinata.
"Bos, sini sebentar!" seruan dari salah satu kru, mengharuskan Jiraiya meninggalkan keduanya untuk beberapa saat.
"Sebentar!" sahutnya tergesa-gesa sambil menoleh ke asal suara. "Yap! Kalian ngobrol-ngobrol lah sedikit. Aku tinggal dulu!" dengan itu, Jiraiya melangkah pergi.
Keheningan langsung menyelimuti keduanya.
"Hinata-"
"Ke-kenapa kau ada di sini?" ucapan Sasuke langsung terpotong oleh pertanyaan Hinata yang tiba-tiba itu. Tubuh gadis di hadapan Sasuke itu terlihat bergetar. Masih dalam posisi menunduk, Hinata mencengkram kedua lengannya kuat-kuat.
"Padahal…padahal aku…" tubuh Hinata semakin bergetar.
"Aku…hampir melupakan Sasuke-kun," Sasuke terkesiap saat mendengarnya.
"Ta-tapi kenapa Sasuke-kun malah kembali da-dalam hi-didupku?" Hinata sudah tidak bisa menahan diri lagi. Wajahnya memerah dan matanya mulai terasa panas.
"Hi-"
"Hina-chan! Sudah waktunya kau ganti baju!" seru Jiraiya dengan keras. Hinata menoleh sesaat ke belakang, memperhatikan telunjuk Jiraiya yang menunjuk suatu ruangan. Sepertinya Jiraiya menunjukkan dimana ruang gantinya.
Hinata mengangguk mengerti, mengusap wajahnya dan tanpa melirik ke arah Sasuke, Hinata langsung berlari ke ruang ganti itu.
oOo
Hinata terlihat meremas baju yang dipegangnya saat ini. Ia menggigit bibir bawahnya. Menahan air mata yang hampir saja keluar dari palupuk matanya. Pertemuannya dengan Sasuke, kekasihnya di Amegakure, yang tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar padanya, membuatnya ingin terus menangis. Kenapa di saat dirinya hampir melupakan sosok yang telah membuatnya sakit hati karena ditinggalkan begitu saja, sosok tersebut malah berada langsung di depannya? Satu profesi dengannya?"Doushite?"
Sebuah suara yang berasal dari arah pintu mengharuskan Hinata menoleh ke arahnya.
"Sa-Sasuke-kun!" Hinata tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendapati orang yang ingin ia hindari di sini, melangkah semakin dekat menghampirinya.
"Ma-mau apa kau, Sasuke-kun! I-ini ka-kamar ganti wanita!" Hinata semakin kalut dan memundurkan langkahnya.
"Aku…" Sasuke menangkap kedua tangan Hinata yang bergetar itu.
Tapi suara-suara langkah kaki dan sayup-sayup beberapa orang yang semakin mendekati kamar ganti tersebut, menghentikan tindakkan Sasuke.
Sasuke mendengus kesal. "Gawat kalau aku ketahuan ada di kamar ganti wanita!" gumamnya.
Langsung saja Sasuke memasukkan Hinata dan dirinya ke dalam sebuah lemari kayu berukuran besar di ruangan tersebut.
"Iya, hahaha…kapan makan-makan lagi?"
"Nanti pas gajian saja!"
Suara dua orang gadis di ruangan tersebut tertangkap oleh Sasuke dan Hinata yang saat ini dalam posisi tegang. Keringat mengucur di dahi keduanya. Takut-takut kalau salah satu diantara gadis-gadis itu membuka lemari ini.
Tapi selang beberapa saat, suara kedua gadis itu sudah tak terdengar lagi. Mungkin keduanya sudah pergi.
Hinata menghela nafas lega.
Tunggu dulu! Hinata seperti diingatkan sesuatu. Saat ini posisi-nya dan Sasuke begitu dekat. Hinata yang duduk terpojok di dinding lemari sebelah kiri dengan Sasuke yang berdiri dengan menumpu pada lutut di hadapannya.
Di dalam lemari gelap ini benar-benar sempit dan pengap. Hinata tidak bisa menahan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya dan sesekali menahan nafasnya saat merasakan deru nafas panas Sasuke yang menyentuh permukaan pipinya. Sangat dekat.
"Hinata …" suara berat Sasuke tepat di telinga Hinata, membuat Hinata semakin gugup. Tubuhnya bergetar.
Dengan itu Hinata memalingkan wajahnya semakin ke belakang, tapi sebuah tangan yang menarik dan merangkum pipinya membuat wajah Hinata berhadapan langsung dengan wajah si pemilik tangan tersebut.
Dalam kepekatan gelap yang amat sangat ini, Hinata masih bisa melihat sepasang bola mata onyx yang berkilat memantulkan bayangan dirinya. Mata itu, tatapan itu, telihat mengintimidasinya. Menusuk ke dalam ulu hatinya. Seakan dia bisa menyampaikan sebuah pertanyaan hanya dengan memperlihatkan tatapan dari bola mata onyx miliknya. Wajah Hinata tiba-tiba memanas.
Perlahan tangan Sasuke menelusuri kulit pipi Hinata dan turun ke leher jenjanganya. Dilanjutkan dengan semakin menipisnya jarak diantara wajah keduanya. Menyentuhkan hidung masing-masing, saling bertukar deru nafas, lalu menarik tengkuk Hinata semakin mendekat, hingga akhirnya dada Sasuke menghimpit tubuh Hinata.
"Wangi tubuhmu tidak berubah ya. Masih beraroma lavender sama seperti dulu," ucap Sasuke seduktif. Dia sedikit membuka mulutnya, kemudian melabuhkan bibirnya di milik Hinata.
Lavender Hinata terbelalak kaget mendapat perlakuan yang mengejutkan dari Sasuke ini. Hinata berontak. Kedua tangan putihnya mendorong kuat dada Sasuke manjauh dengan dirinya. Tapi sama sekali tidak ada hasilnya. Dorongan yang dilakukan dengan sekuat tenaga itu, terasa seperti sentuhan kecil bagi Sasuke.
"S..stop…Sa-hmp-" Hinata berkata di sela bibirnya yang sedang dilumat paksa oleh Sasuke.
Semakin terbakar nafsu, Sasuke menurunkan ciumannya ke leher Hinata. Pemuda itu mengangkat dagu Hinata, sehingga leher Hinata terekspos sempurna di depannya. Dicium dan digigitnya dengan pelan, sampai meninggalkan bercak kemerahan di bagian itu.
"Aku ingin kita kembali seperti dulu lagi," untuk menekankan maksud perkataannya, Sasuke menciumi tengkuk Hinata.
"Hah…hah…" Hinata menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Dalam tempat sempit dan pengap seperti ini, dadanya terasa begitu sesak.
"He-hentikan..Sasuke-kun," dengan kekuatan yang masih tersisa, Hinata mendorong bahu kokoh Sasuke bertujuan untuk lepas dari pemuda ini. "A-aku tidak mau!"
Sasuke sedikit terdorong kali ini. "Kenapa Hinata?" pemuda itu kembali mendekatkan wajahnya, mencium sudut bibir Hinata sampai akhirnya menekan dan mengesap bibir lembut Hinata sekali lagi. Kedua tangannya menyusup ke dalam helaian rambut panjang Hinata, merayapi kulit kepala gadisnya ini dengan jemari dinginnya.
"Hmmp…"
Hinata sudah tidak punya kekuatan lagi. Tubuhnya terasa lemas dan kepalanya terasa berkunang-kunang. Dia ingin jujur pada dirinya sendiri bahwa dia memang merindukan sentuhan dari pemuda yang dua tahun lebih menjadi tambatan hatinya ini. Tapi sebuah seruan di kepala Hinata yang mengingatkan apa yang telah Sasuke lakukan padanya. Meninggalkannya sendirian. Tanpa kabar. Membuat Hinata terkesiap dan melakukan hal yang seharusnya ia lakukan dari tadi.
"Aww!" dengan segera, Sasuke menjauhkan wajahnya. Meringis, Sasuke menutup bibirnya yang berdarah menggunakan kedua tangannya. Merasakan perih akibat gigitan Hinata yang terbilang kuat di bibirnya. Onyx itu berkilat tajam.
Hinata menggigit bibir bawahnya. Dengan cepat ia membuka pintu lemari tersebut dan menghambur keluar. Dengan posisi sedikit membungkuk, Hinata memegangi dadanya yang kembang kempis akibat kekurangan pasokan oksigen dari dalam lemari tersebut. Dengan nafas terengah-engah Hinata menoleh ke belakang dan mendapati Sasuke yang masih menutup bibirnya keluar dari dalam lemari dan berjalan menghampirinya. Hinata memundurkan langkahnya. Sasuke dengan wajah tanpa ekspresinya itu semakin mendekat saja. Hinata hampir putus asa dan menutup mata ketika punggungnya tersudut di dinding. Selang beberapa saat, Hinata memberanikan diri membuka mata dan sedikit kaget mendapati dirinya seorang diri di kamar ganti ini. Pemuda berambut hitam itu menghilang entah kemana.
oOo




Jumbo Jumbo (casino, poker room) - Google Maps
› en › maps › jumbo-jumbo-jumbo › en › 구리 출장안마 maps › jumbo-jumbo-jumbo-jumbo Jun 26, 2021 — 하남 출장안마 Jun 26, 2021 You can play casino games on this site. The majority 안산 출장샵 of the slots on this site have free spins or no deposit bonuses, 아산 출장마사지 but also a lot 남양주 출장샵 of